Perayaan hari raya Idul Fitri atau biasa dikenal dengan Lebaran selalu diperingati dengan sukacita oleh umat Islam, khususnya di Indonesia. Selain diisi dengan takbiran yang seakan tiada henti saat pengumuman datangnya Idul Fitri, ada pula yang menyalakan petasan dan kembang api ke arah langit. Jadilah perpaduan antara takbiran dan bakar petasan.
Merayakan Idul Fitri yang menandakan berakhirnya puasa Ramadhan selama sebulan penuh menjadi kebiasan yang memang sudah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Beliau menyambut hari kemenangan tersebut dengan hal-hal positif dan demikianlah yang beliau anjurkan. Hal itu terbukti bagaimana antusiasnya Rasulullah Saw dalam menyambut Idul Fitri, dengan catatan beliau tidak menanggalkan syariat agama atau berlebih-lebihan atas sesuatu.
Sebagai catatan, jauh sebelum Islam datang ke jazirah Arab, masyarakat jahiliyah memiliki dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan yang dirayakan dengan sambutan pesta pora yang tidak bermanfaat. Minum-minuman memabukkan, menari, adu ketangkasan termasuk salah satu ritual dalam perayaan kedua hari raya tersebut. Berdasarkan buku Ensiklopedi Islam, kedua hari raya tersebut sejatinya berasal dari zaman Persia Kuno. Di kemudian hari, Rasulullah SAW mengganti kedua perayaan masyarakat Arab itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri pertama kali diselenggarakan pada 624 Masehi atau tahun ke-2 Hijriyah. Waktu perayaan tersebut bertepatan dengan selesainya Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin. Perang yang terjadi pada Ramadhan itu dengan jumlah pasukan di sisi umat Muslim yang jauh lebih sedikit dibanding kaum kafir, nyatanya diganjar Allah dengan perayaan yang luar biasa indah dan barokah: Idul Fitri.