Selamat datang di Riliskan.com
Postingan

Peserta JKN-BPJS 247,7 Juta Jiwa, Buka Peluang Kemandirian Industri Farmasi Domestik




Surabaya—Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga akhir tahun 2022 lalu, jumlah peserta JKN tercatat sebanyak 248,7 juta jiwa. Sementara total pemanfaatan layanan kesehatan  sebesar 502,8 juta.

Angka tersebut membuat pihak manajemen BPJS Kesehatan mendorong adanya pertumbuhan dan kemandirian industry farmasi dalam negeri yang lebih besar peluangnya. Direktur  Perencanaan,  Pengembangan  dan  Manajemen  Risiko  BPJS  Kesehatan Mahlil Ruby menyampaikan, kemandirian industri farmasi kesehatan dapat dicapai dengan cara penguatan manufaktur  farmasi  dalam  negeri,  revitalisasi  penyediaan  bahan  baku  obat  serta  riset  dan  pengembangan inovasi farmasi dalam negeri.

Ia juga menilai peluang di sektor industri Farmasi terbuka lebar jika khususnya akibat  implikasi  program  JKN. “Jika industri farmasi mampu berdaulat, cukup  dengan internal market, kita  bisa  memaksimalkan konsumsi dalam negeri dengan banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang telah menjadi peserta JKN. Artinya disini masih  terus  terbuka  peluangnya  dalam  pasar  industri.  Kami  berharap,  pelakuindustri  farmasi  senantiasa berkomitmen  meningkatkan  kompetensi  dan  menghasilkan  produk  farmasi  yang  bermutu  sehingga  upaya untuk  menjamin  kesehatan  masyarakat  indonesia  dapat  berjalan  dengan  optimal,”  terang  Mahlil  ketika memberi sambutan dalam Rapat Kerja Nasional dan Seminar Nasional Inter Profesi Farmasi dan Kesehatan di Indonesia, Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan (FSP Farkes) –KSPSI di Surabaya (04/03/2023).

Mahlil menambahkan BPJS Kesehatan senantiasa berkomitmen agar Program Jaminan Kesehatan Nasional dapat berjalan dengan optimal dan terjaga keberlangsungannya. BPJS Kesehatan juga senantiasa berupaya meningkatkan mutu layanan kepada peserta dengan bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Kami menyadari bahwa penyelenggaraan Program JKN dan upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera akan lebih optimal  melalui sinergi dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan, termasuk dengan pelaku industri farmasi,” terang Mahlil dalam kegiatan yang jugadihadiri oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan RI Afriansyah Noor di depan Anggota Wantimpres RI Soekarwo, Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marsudi Wahyu Kisworo, Sekjen DPD KSPSI Bibit Gunawan, Ketua Umum FSP Farkes –KSPSI Agung Nugroho dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur Himawan Estu Bagijo ini.

Dalam kegiatan yang sama, Afriansyah menjelaskan salah satu fokus pembangunan Pemerintah Indonesia saat ini adalah Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengembangan kompetensi SDM adalah suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi karena komptensi dan daya saing merupakan langkah kuat yang harus dimiliki oleh tenaga kerja, termasuk didalamnya pada sektor farkes.

Ia menambahkan bahwa Pandemi Covid-19 dapat terkendali dengan baik sehingga PPKM dapat dicabut pada bulan  Desember  2022.  Hal  tersebut  tidak  lepas  dari  dukungan  semua  pihak,  termasuk  sektor  farmasi  dan kesehatan yang berkompeten sehingga dapat menjadi hulu tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan.

“Dengan adanya sinergi  melalui  rapat  kerja  nasional    ini  diharapkan  menjadi  forum  dialog  yang  memiliki jangkauan  strategis,  yang  tidak  hanya  membahas  komitmen  namun  juga  membahas  langkah  bersama melakukan  koordinasi  dan  evaluasi  program  serta  pencapaian  organisasi.  Saya  harap  melalui  kegiatan  ini dapat   menghasilkan   rumusan-rumusan   program   yang   lebih   konstruktif   yang   disesuaikan   dengan perkembangan ekonomi global dan diselaraskan dengan iklim investasi,” terang Afriansyah.

Sementara menurut Ketua Umum FSP Farkes –KSPSI AgungNugroho, cita-cita mewujudkan sektor farmasi dan  kesehatan  adalah  hal  yang  sangat  penting  dan  mendesak  untuk  kepentingan  bangsa  Indonesia. Sebagaimana  disampaikan  oleh  Presiden  Indonesia  Joko  Widodo  dalam  pidato  kenegaraan  dalam  sidang MPR, bahwa kemandirian sektor  obat dan vaksin masih  menjadi kelemahan serius yang harus dipecahkan bersama.

“Pandemi Covid-19 telah memberi banyak pelajaran dan membuka mata kita bahwa Indonesia masih belum memiliki kedaulatan baik dalam hal infrastruktur kesehatan dan obat-obatan. Kedaulatan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam kedaruratan kesehatan saat pandemi Covid-19 lalu, karena sektor farmasi dan kesehatan  termasuk  sektor  high  demand.  Kami  berharap  dalam  rakernas  ini  dapat  dirumuskan  bersama konsep strategis dalam menjawab tantangan jaman. FSP Farkes, siap mengawal kedaulatan sektor farmasi dan kesehatan di Indonesia,” pungkas Agung. R!

Posting Komentar